Terapi imunonutrient (oleh: sutranurul irma wibowo)
Seiring pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, berhasil teridentifikasi berbagai nutrien
dalam makanan dengan struktur, sifat maupun aktivitasnya berperan spesifik terhadap sistim
imun, oleh karena itu dukungan nutrisi tidak hanya terfokus untuk memenuhi kebutuhan
energi, makro dan mikro nutrien demi kelangsungan hidup, tetapi lebih jauh pada kondisi
patologis, menjadi dukungan nutrisi untuk mencegah perburukan penyakit serta
mengakselerasi proses penyembuhan.
Konsep dukungan nutrisi dalam upaya modulasi fungsi imunitas dikenal sebagai imunonutrisi (Immune-enhancing diets atau Immuno-modulating diets) yaitu pendekatan terapi terhadap perubahan patologis dalam imunitas adaptif maupun alamiah, yang muncul sekunder akibat inflamasi, infeksi maupun pembedahan, dengan pemberian imunonutrien.
Sistem imun innate terdiri dari barier mechanism (kulit, mukosa, silia), dalam bentuk molekul dan protein terlarut (lisozim, komplemen, defensin, sitokin, kemokin, amin bioaktif).
Sistem imun adaptive (spesifik) pada prinsipnya adalah yang bersifat humoral (antibodi) dan seluler (sel T dan sebset- subsetnya).
NUTRIEN YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI IMUN
Konsep dukungan nutrisi dalam upaya modulasi fungsi imunitas dikenal sebagai imunonutrisi (Immune-enhancing diets atau Immuno-modulating diets) yaitu pendekatan terapi terhadap perubahan patologis dalam imunitas adaptif maupun alamiah, yang muncul sekunder akibat inflamasi, infeksi maupun pembedahan, dengan pemberian imunonutrien.
Target utama imunonutrisi ini pada umumnya
adalah untuk memperkuat fungsi pertahanan
mukosa, respon imun seluler dan antibodi
terhadap terjadinya inflamasi lokal maupun
sistemik
Sistem imun : innate (non spesifik) dan adaptive (spesifik)
Sistem imun : innate (non spesifik) dan adaptive (spesifik)
Sistem imun innate terdiri dari barier mechanism (kulit, mukosa, silia), dalam bentuk molekul dan protein terlarut (lisozim, komplemen, defensin, sitokin, kemokin, amin bioaktif).
Sistem imun adaptive (spesifik) pada prinsipnya adalah yang bersifat humoral (antibodi) dan seluler (sel T dan sebset- subsetnya).
NUTRIEN YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI IMUN
Seiring perkembangan ilmu dan teknologi, nutrien yang diketahui memiliki efek
imunomodulasi adalah dari golongan karbohidrat (prebiotik), protein/asam amino, lemak
asam lemak, vitamin, mineral, dan nukleotida.
ASAM AMINO
Glutamin
Glutamin memiliki banyak peran dalam sistem imun, yaitu sebagai prekursor sintesa nukleotida, pertumbuhan sel T dan sel NK, stimulasi ekspresi antigen permukaan, pembentukan sitokin pro-inflamasi, menjaga fungsi limfosit dan makrofag dan sebagai prekursor antioksidan (glutation). 6
ASAM AMINO
Glutamin
Glutamin memiliki banyak peran dalam sistem imun, yaitu sebagai prekursor sintesa nukleotida, pertumbuhan sel T dan sel NK, stimulasi ekspresi antigen permukaan, pembentukan sitokin pro-inflamasi, menjaga fungsi limfosit dan makrofag dan sebagai prekursor antioksidan (glutation). 6
Sejumlah penelitian telah menunjukkan efek yang baik dari pemberian
suplementasi glutamin, prekursornya (ornitin, -ketoglutarat) atau glutamin dipeptid
(alanin-glutamin, glisin-glutamin). 7
Suplementasi glutamin terbukti memiliki keuntungan ganda antara lain
meningkatkan retensi nitrogen dan mengurangi kehilangan massa otot, pemeliharaan
permeabilitas dan struktur mukosa saluran cerna, meningkatkan fungsi kekebalan tubu
sehingga menurunkan risiko infeksi serta mempertahankan glutamin organ. Efek prote. suplementasi glutamin dapat memiliki efek bermakna terhadap morbiditas dan mortalitas
pada pasien trauma dan luka bakar namun keamanan, cost-effectiveness dan rute serta
waktu optimal pemberian glutamin ini masih terus diteliti.
APLIKASI IMUNONUTRISI
Penggunaan imunonutrisi sudah tercantum dalam rekomendasi bersama tahun 2010 yang bersumber dari Society of Critical Care Medicine dan American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN)pada 2009 (grade A), dan European Society for Parenteral and Enteral Nutrition(ESPEN) pada 2006 (grade A). Penegasan dalam panduan tersebut menyatakan indikasi imunonutrisi adalah pada pasien pembedahan elektif mayor, trauma, luka bakar, kanker kepala-leher, dan pasien kritis yang menggunakan ventilasi mekanik, dengan perhatian khusus diberikan pada penderita dengan sepsis berat.
Hingga saat ini belum ada rekomendasi berbasis bukti untuk durasi ataupun dosis pemberian imunonutrisi, Meski demikian, dari meta-analisa yang telah dilakukan, rata-rata pemberian melalui jalur pemberian enteral bukan oral berkenaan dengan pertimbangan rasa
Untuk mencapai efek optimal, dikatakan bahwa minimal 50–60% kebutuhan kebutuhan energi harian harus terpenuhi. Berbeda dengan pemberian imunonutrisi pada pasien luka bakar, pada pasien bedah dikenal konsep preloading, yakni pemberian imunonutrien sebelum tindakan,untuk memberi cukup cadangan sebelum cedera jaringan terjadi, dan berdasarkan penelitian hasil akan optimal bila diberikan minimal 72 jam sebelum tindakan, bahkan Marik dan Zalonga merekomendasikan pemberian 5–7 hari sebelum tindakan.
Penggunaan imunonutrisi sudah tercantum dalam rekomendasi bersama tahun 2010 yang bersumber dari Society of Critical Care Medicine dan American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN)pada 2009 (grade A), dan European Society for Parenteral and Enteral Nutrition(ESPEN) pada 2006 (grade A). Penegasan dalam panduan tersebut menyatakan indikasi imunonutrisi adalah pada pasien pembedahan elektif mayor, trauma, luka bakar, kanker kepala-leher, dan pasien kritis yang menggunakan ventilasi mekanik, dengan perhatian khusus diberikan pada penderita dengan sepsis berat.
Hingga saat ini belum ada rekomendasi berbasis bukti untuk durasi ataupun dosis pemberian imunonutrisi, Meski demikian, dari meta-analisa yang telah dilakukan, rata-rata pemberian melalui jalur pemberian enteral bukan oral berkenaan dengan pertimbangan rasa
Untuk mencapai efek optimal, dikatakan bahwa minimal 50–60% kebutuhan kebutuhan energi harian harus terpenuhi. Berbeda dengan pemberian imunonutrisi pada pasien luka bakar, pada pasien bedah dikenal konsep preloading, yakni pemberian imunonutrien sebelum tindakan,untuk memberi cukup cadangan sebelum cedera jaringan terjadi, dan berdasarkan penelitian hasil akan optimal bila diberikan minimal 72 jam sebelum tindakan, bahkan Marik dan Zalonga merekomendasikan pemberian 5–7 hari sebelum tindakan.
Komentar
Posting Komentar